Pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda, masjid ini dijadikan pusat pembelajaran baik dari wilayah indonesia maupun luar negeri. Dihalaman masjid di bangun kolam besar, serta dibangun menara dibagian luar masjid.
Sejarah Singkat Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
Pada tahun 1873 Belanda menyerang kota Banda Aceh dan membakar cikal bakal Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dan Pemerintah Hindia Belanda kemudian membangun kembali masjid ini pada tahun 1875.
Pada awalnya masjid ini mempunyai satu kubah saja, tetapi seiring dengan waktu kubah ini berkembang menjadi tiga, lima dan tujuh buah kubah sampai saat ini. Dengan ukiran-ukiran menawan,halaman yang luas serta suasana yang sangat sejuk menjadikan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ini menjadi salah satu bangungan peribadaan terindah di Indonesia.
Tabloid Gema Baiturrahman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
Pada tanggal 03 September 1993, Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh mengeluarkan
kumpulan materi khutbah jum’at yang di kemas dalam bentuk tabloid yang dikenal
dengan nama Gema Baiturrahman. Media tabloid ini dibagikan secara Cuma-Cuma
kepada jamaah sholat jum’at menjelang sholat dimulai.
Susunan awal
pengurus Tabloid Gema Baiturrahman
adalah sebagai berikut :
- Ketua : Drs. H. Ameer Hamzah
- Pemimpin Redaksi : Ir. H. Basri Abu Bakar, M.Si
- Pemimpin Usaha : Ridha Yunawardi
Tabloid Gema Baiturrahman yang mempunyai semboyan “Menuju
Islam Kaffah” selain dikonsumsi dilingkungan Masjid Raya Baiturrahman Banda
Aceh juga disebarkan di masjid-masjid lain di kota Banda Aceh bahkan di bagikan
juga di masjid-masjid lain di Profinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar